Kingdom Hearts - Help Select
Subscribe:

Senin, 15 Agustus 2011

Apa Kata Mereka Tentang Cinta


Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat -Hamka
Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat……
Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.
Seandainya kamu ingin mencintai atau memiliki hati seorang gadis, ibaratkanlah seperti menyunting sekuntum mawar merah. Kadangkala kamu mencium harum mawar tersebut tetapi kadangkala kamu terasa bisa duri mawar itu menusuk jari.
Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu. Hanya untuk menemukan bahwa pada akhirnya menjadi tidak berarti dan kamu harus membiarkannya pergi.
Kadangkala kamu tidak menghargai orang yang mencintai kamu sepenuh hati, sehingga kamu kehilangannya. Pada saat itu, tiada guna sesalan karena perginya tanpa berpatah lagi.
Cinta sejati ialah kasih Tuhan kepada hambaNya. Kasih murni ialah kasih ibu bapa kepada anaknya. Kasih saudara masa berada. Kasih sahabat masa binasa. Kasih suami isteri sepenanggungan. Kasih orang menaruh harapan
Cintailah seseorang itu atas dasar siapa dia sekarang dan bukan siapa dia sebelumnya. Kisah silam tidak perlu diungkit lagi kiranya kamu benar mencintainya setulus hati.
Rasa percintaan lebih pahit dari hempedu .Teman percintaan ialah sayu dan pilu, namun demikian, dara dan teruna tetap berpusu-pusu terjerumus ke dalamnya karena dianggap seperti lautan madu - Raja Pedang Deir
Hati-hati dengan cinta, karena cinta juga dapat membuat orang sehat menjadi sakit, orang gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila, orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cintanya itu disambut oleh para pecinta palsu.
Kemungkinan apa yang kamu sayangi atau cintai tersimpan keburukan di dalamnya dan kemungkinan apa yang kamu benci tersimpan kebaikan di dalamnya.
Cinta kepada harta artinya bakhil, cinta kepada perempuan artinya alam. Cinta kepada diri artinya bijaksana, cinta kepada mati artinya hidup dan cinta kepada Tuhan artinya Takwa.
Lemparkan seorang yang bahagia dalam bercinta ke dalam laut, pasti ia akan membawa seekor ikan. Lemparkan pula seorang yang gagal dalam bercinta ke dalam gudang roti, pasti ia akan mati kelaparan.
Seandainya kamu dapat berbicara dalam semua bahasa manusia dan alam, tetapi tidak mempunyai perasaan cinta dan kasih, dirimu tak ubah seperti gong yang bergaung atau sekadar canang yang gemerincing.
Tak usah sebut pasal cinta jika kamu tidak sebenar-benarnya mengambil kisah. Tak usah bercakap tentang perasaan, jika ia tidak berada di hatimu. Tak usahlah menunjuk ke dada, jika kamu berhasrat melukai hati pasanganmu
Cinta adalah keabadian…dan kenangan adalah hal terindah yang pernah dialami
Siapapun pandai menghayati cinta tapi tiada semua orang pandai menilai cinta karena cinta bukan objek yg boleh di lihat oleh mata kasar. Sebaliknya cinta hanya dapat ditilik melalui hati dan perasaan.
Cinta mampu melunakkan besi, menghancurkan batu, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dasyatnya cinta !
Permulaan cinta adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kamu temukan di dalam dirinya.
Kamu tidak pernah tahu bila kamu akan jatuh cinta. namun apabila sampai saatnya itu, raihlah dengan kedua tanganmu,dan jangan biarkan dia pergi dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya
Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut ke mulut tetapi cinta adalah anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusia dapat menilai kesuciannya.
Bercinta memang mudah. Untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai itulah yang sukar diperoleh.
Cinta ibarat pasu antik, ia sukar ditemui, sukar diperolehi tapi mudah untuk jatuh berderai
Andainya hadirnya cinta sekadar untuk mengecewakan, lebih baik cinta itu tak pernah hadir.
Cinta sesuatu yg mengasyikkan, ia boleh membuat kita hilang kewarasan fikiran. Cinta juga sebenarnya indah jika pandai menghayatinya. Sebaliknya cinta boleh jadi racun jika salah tempat. Apa pun cinta itu buta.
Anyamlah buih-buih di laut demi membuktikan cinta yang suci tanpa menodai keaslian pantai itu.
Cinta sebenarnya tidak buta. Cinta adalah sesuatu yang murni, luhur dan diperlukan.
Apa yang buta ialah bila cinta itu menguasai dirimu tanpa pertimbangan.
Bukan laut namanya jika airnya tidak berombak. Bukan cinta namanya jika perasaan tidak pernah terluka. Bukan kekasih namanya jika hatinya tidak pernah merindu dan cemburu.
Cinta bukanlah dari kata-kata tetapi dari segumpal keinginan diberi pada hati yang memerlukan. Tangisan juga bukanlah pengubat cinta karena ia tidak mengerti perjalananan hati naluri.
Kejarlah cita-cita sebelum cinta, apabila tercapainya cita-cita maka dengan sendirinya cinta itu akan hadir
Di suatu hari kau datang dan bertanya, apa yang lebih penting padaku : Dirimu atau nyawamu. Dan aku mengatakan nyawaku lebih penting dan kau pun berlalu dengan penuh kekecewaan tanpa pernah kau sadari bahwa kaulah nyawaku itu.
Sesungguhnya kau adalah cinta dan nyawaku dalam hidup ini…
Cinta seringkali akan lari bila kita mencari, tetapi cinta jua seringkali dibiarkan pergi bila ia menghampiri
Bercintalah dengan pelajaran, bertunanglah dengan mengulangkaji, berkahwinlah dengan peperiksaan dan berbulan madulah dengan kejayaan.
Cinta pertama adalah kenangan. Cinta kedua menjadi pengajaran. Dan cinta yang seterusnya adalah satu keperluan karena hidup tanpa cinta bagaikan masakan tanpa garam. Lantaran itu jagalah cinta yang dianugerahkan itu sebaik-baiknya. Agar ia terus mekar dan wangi sepanjang musim.
Kecewa bercinta bukan bermakna dunia sudah berakhir. Masa depan yang cerah berdasarkan pada masa lalu yang telah dilupakan. Kamu tidak dapat melangkah dengan baik dalam kehidupan kamu sampai kamu melupakan kegagalan kamu dan rasa kekecewaan itu
Hanya diperlukan waktu semenit untuk menafsir seseorang, sejam untuk menyukai seseorang dan sehari untuk mencintai seseorang, tetapi diperlukan waktu seumur hidup untuk melupakan seseorang.
Ada cinta yang agung antara hamba dan Tuhannya. Cinta suci antara bunda dan anaknya. Ada cinta rafik yang setia. Ada cinta berahi antara kekasih teruna dara. Ada cinta persaudaraan yang tiada bandingnya. Ada cinta sesama makhluk yang begitu mulia dan cinta dikatakan hampir tidak memilih usia. Ia juga tidak mengira rona bangsa. Tidak ada miskin kaya dalam catatan kamus cinta. Justeru, cinta dikatakan sesuatu yang cukup luar biasa dalam cakerawala hidup setiap jiwa.
Cinta itu apabila kamu bertemu dan membuat pilihan yang tepat
Manusia tidak jatuh ‘ke dalam’ cinta, dan tidak juga keluar ‘dari cinta’. Tapi manusia tumbuh dan besar dalam cinta
Cinta karunia Ilahi mengapa mesti dibenci? Yang harus dibenci dan dihindari ialah kepalsuan, bukan cinta.
Hidup tanpa cinta seperti makanan tanpa garam. Oleh karena itu, kejarlah cinta seperti kau mengejar masa, dan apabila kau sudah mendapat cinta itu, jagalah ia seperti kau menjaga dirimu, sesungguhnya cinta itu karunia Tuhan Yang Maha Agung.
“Aku mencintaimu”, sukarkah untuk dilafazkan?
Tidak ada cinta yang tidak cemburu -Pepatah Perancis
Suatu percintaan yang terjalin di antara dua insan itu tiada ada kemesraan atau kemanisannya sekiranya sentiasa membayangi akan kemusnahan, kekecewaan dan kehancuran.
Cintailah orang yang engkau kasihi itu sekadarnya belaka, barangkali dia akan menjadi orang yang kau benci pada suatu hari kelak. Juga bencilah terhadap orang yang kau benci itu sekadarnya belaka barangkali dia akan menjadi orang yang engkau kasihi pada suatu hari nanti.
Menerima cinta dari seseorang secara terburu-buru tanpa usul periksa latar belakangnya akan merugikan karena cendawan yang tumbuh melata jika terus dimakan dikhuatiri beracun.
Tidah perlu diratapi perpisahan dan kegagalan bercinta karena hakikatnya jodoh itu bukan ditangan manusia. Atas kasih sayang Tuhan kau dan dia bertemu dan atas limpahan kasihNya jua kau dan dia dipisahkan bersama hikmah yg tersembunyi. Pernahkah kau terfikir kebesaranNya itu?
Cinta itu adalah api yang dingin. Siapa yang mendekatinya tidak akan terbakar tetapi tertangkap ke dalamnya.
Cinta itu tidak menjanjikan sebuah rumah tangga aman damai, tetapi penerimaan dan tanggungjawab adalah asas utama kebahagiaan rumah tangga. Cinta hanya sebuah keindahan perasaan. Cinta akan bertukar menjadi tanggung jawab apabila terbinanya sebuah rumah tangga.
Janganlah menggigil kedinginan karena hilangnya cinta .Tetapi menggigillah dengan kedinginan karena tiada lagi ada rasa.\
Memberikan seluruh cintamu kepada seseorang bukanlah jaminan dia akan membalas cintamu. Jangan mengharapkan balasan cinta, tunggulah sampai cinta berkembang di hatinya, tetapi jika tidak, berbahagialah karena cinta tumbuh di hatimu.
Berkasih sayang adalah suatu akhlak yang mulia. Oleh karena itu semai dan peliharalah rasa kasih sayang dan cinta terhadap sesama insan, lebih-lebih lagi kepada Allah SWT karena Allah sangat mengasihi hambaNya lebih dari pada seorang ibu mengasihi anaknya.
Cinta ia tetap hadir, ia datang bukan dengan nafsu atau keinginan tetapi kepasrahan tentang yang mutlak, itulah cinta terulung.
Cinta bukanlah dari kata-kata tetapi dari segumpal keinginan diberi pada hati yang memerlukan.
Tidak perlu gembira pada kelahiran cinta pertama. Juga tak perlu menangis di awal kegagalan karena kekeliruan saat pertemuan dan perpisahan. Kebahagiaan tidak semestinya kekal abadi.
Pergaulan dan cinta di antara lelaki dan perempuan pada hari ini diibaratkan seperti minyak dengan api, apabila tersentuh maka maraklah ia.
Cinta adalah sebuah telaga yang tiada dasarnya
Untuk menyelami cinta dan cita-cita, anggap dahulu cinta itu derita dan cita -cita itu cahaya. Sebelum mendekati arti cinta, mengertilah dahulu arti cita-cita dan sebelum mengenal cinta, kenallah dahulu cita-cita.
Cinta yang terselit kedustaan ibarat kehidupan yang bercampur dengan penghinaan.
Cinta adalah jika kamu kehilangan rasa, ghairah, romantika dan masih tetap menghargainya.
Cinta lebih mudah mekar di hati yang sedang dilanda kecewa. Cinta seperti ini adalah cinta yang mengharapkan belas kasihan, sebab itu bila sepi telah punah maka cinta juga akan turut terbang.
Bukan dikatakan cinta apabila semata-mata untuk memiliki sepenuhnya. Tetapi cinta itu ialah perkongsian di dalam kecenderungan dan kegemaran serta perasaan bahwa diri orang yang anda cintai itu tidak kurang pentingnya dari anda.
Hanya ada satu pelita yang dapat kita pegang dan sentiasa menyala di mana-mana, yang tetap akan menerangi tempat-tempat yang jauh seperti menerangi tempat kita sendiri, yaitu rasa cinta dan kasih sayang pada segala yang bernyawa- Innayan Khan
Manusia merasa kesepian dari cinta karena mereka kerap hanya membangun dinding, bukannya jembatan kasih sayang.
Cinta yang dikaitkan dengan kepentingan pribadi akan berubah menjadi putus asa.
Dalam precintan, janganlah kamu kesali perpisahan tetapi kesalilah pertemuan karena tanpa pertemuan tidak ada perpisahan.
Kamu tidak akan mati karena cinta, tetapi cinta cukup meracuni hidup kamu
Kawinilah orang yang lebih mencintai diri kita daripada kita mencintai diri orang itu. Itu lebih baik daripada mengawini orang yang kita cintai tetapi tidak mencintai diri kita karena adalah lebih mudah mengubah pendirian diri sendiri daripada mengubah pendirian orang lain.
Hiduplah dengan cinta! Tetapi bukan berarti cinta buta. Kita dapat mencintai hidup dengan lebih baik, yaitu cintailah sekelilingmu, baik yang ada diluar dirimu atau didalam dirimu.
Cinta yang suci dapat dilihat dari pengorbanan seseorang, bukanlah dari pemberian semata-mata.
Rasa cinta itu jika dipupuk ke arah sinar yang lurus akan membawa pengekalan abadi.
Selagi usia di kandung badan . Selagi jiwa merantai hati
Bibir tidak perlu berkata , bila hati sudah bersuara nada cinta dan rindu.
Cinta adalah penyakit manakala perasaan adalah kumannya. Perkawinan pula merupakan ubat penawarnya.
Ibaratkanlah kehilangan cinta itu umpama hilangnya cincin permata di lautan luas yang tiada bertepi dan harus dilupakan.
Apabila cinta tidak diajarkan di rumah, hampir tidak masuk akal untuk mempelajarinya di mana pun.
Cinta tidak selalu bersama jodoh tapi jodoh selalu bersama cinta.
Kata pujangga, cinta letaknya di hati. Meskipun tersembunyi, namun getarannya jelas sekali. Ia mampu mempengaruhi fikiran sekaligus mengendalikan tindakan kita sehingga kadangkala kita melakukan hal terbodoh tanpa sadar.
Hidup kalau tak memakai cinta tak ubahnya seperti bumi kehilangan matahari -Aswir
Cinta dimulai dengan senyuman, tumbuh dengan dekapan dan seringkali berakhir dengan air mata.
Lelaki itu prosa alam, perempuan sajaknya. Cinta itu lagu dan perkawinan orkestranya -Pepatah Denmark
Cinta menaklukkan segala-galanya. Cinta dapat mengubah pondok kayu menjadi istana emas
Barangsiapa yang belum pernah jatuh cinta, ia telah membangunkan langit di atas bumi -Pujangga Barat
Cinta tidak mempunyai umur, ia senantiasa memudakan dirinya
Cinta menekan pertimbangan, memandang ringan bahaya dan cinta memandang enteng akan kematian
Cinta tidak mempunyai undang-undang
Cinta pandang pertama adalah cinta yang akan kekal abadi
Cinta lebih tua daripada alam ini karena alam ini dijadikan Allah atas dasar cinta –Muttanabi
Manusia yang dibakar api cinta dapat melihat di dalam gelap -Peribahasa Mexico
Cinta ialah penyakit -Taufiq Al-Hakim
Cinta yang tak berbalas itu bagaikan layang-layang putus talinya.
Kehidupan ini seumpama bunga, maka cinta adalah madunya -Hamka
Tiada kasih yang lebih manis daripada kasih cinta. Tiada kasih yang lebih ngeri dari putus cinta
Cinta monyet ialah cinta keanak-anakan. Cinta palsu adalah sekadar basa-basi. Cinta materialistik merosakkan jiwa. Cinta sejati ialah cinta yang akan menghasilkan cita-cita yang luhur dan abadi.
Cinta adalah penyakit dan perkawinan ialah sehat. Sakit dan sehat tidak bertemu.
Cinta itu tidak buta tetapi ia tidak melihat -Pepatah Jerman
Cinta boleh tumbuh dalam madu dan racun
Orang yang menulis surat cinta itu kurus dan orang yang membacanya gemuk -Pepatah Belanda
Keburukan dapat disembunyikan apabila timbulnya rasa cinta -Pepatah Greek
Hidup tanpa cinta ibarat taman tidak berbunga -Pepatah Inggeris
Yang termanis daripada yang manis di dunia ini ialah pujian kekasih yang terlontar daripada rasa cintanya.
Seseorang yang pernah mengalami kegagalan dalam percintaan, maka dia akan melihat kebahagiaan itu laksana melihat pelangi. Tidak pernah pelangi itu berada di atas kepalanya. Selamanya dia melihat pelangi itu berada di atas kepala orang lain.
Wahai Saudaraku
Apapun kata mereka, cinta adalah nikmat terindah dari Dzat Pemilik Cinta ialah Allah SWT. Syukurilah ia, niscaya Dia akan senantiasa menambah rasa cinta itu di hati kita. Sehingga kita akan hidup dalam cinta sejati bersamNya dimanapun kita berada.

Dosa Itu Apa Sich.....???

Spesial buat saya sendiri

Maaf, sorry, afwan katsiir, asiif jiddan atau apalah……… dah lama tidak menjumpai Saudara/i yg tetap tegar di jalan dakwah. Soalnya sibuk ngrancang pabrik Solar Cells. Mhn do’anya ya……! Apa kabar dakwah hari ini? Masih istiqomah kan? Alhamdulillah, semoga kita semua senantiasa dalam Rahmat dan RidhoNya, aamiiin…..
Mungkin Saudara/i kali ini bisa membantu ’saya yg masih belum sadar kalo banyak dosa’

Pernahkah Anda mendengar sebuah pertanyaan yang menantang “Apa itu dosa”??? Mungkin Anda kembali bertanya emang ada yang unik? Memang udah gak asing lagi kata ‘dosa’ di telinga saya. Saya selalu ingat nasihat-nasihat orang tuaku, jangan begini…..jangan begitu…… jangan ini….jangan itu…. karena itu semua dosa.

Kembali ke permasalahan, Apa itu dosa? Membunuh??? Mencuri……??? Judi??? Mabuk??? Main perempuan??? Ato apa lagi….

Yach memang semua itu perbuatan-perbuatan dosa yang gak boleh saya lakuin. Saya sangat ngerti dan paham. Tapi apakah ‘dosa’ cuman yang gitu-gituan aja?? Berarti aman donk saya yang gak pernah mencuri, membunuh, judi, mabuk, zina dll. Betulkah itu??? Apa bisa dikatakan saya gak punya dosa?

Rasul bersabda; “Kebajikan adalah akhlaq yang baik sedangkan dosa adalah segala sesuatu yang menggelisahkan jiwa dan engkau tidak suka jika orang lain mengetahuinya” (HR Muslim) Apa aja….., mulai dari yang paling kecil ampe yang besar. Bertanyalah pada hatimu sendiri setiap melakukan perbuatan, pasti hatimu akan tau mana dosa dan mana kebajikan. Jadi berapa banyak dosa yang saya lakuin tiap jam, tiap hari, tiap minggu, tiap bulan, tiap tahun atau bahkan sepanjang usia saya (dah 25 tahun kurang dikit)???? Tentunya banyak sekali….

Mari kita mengingat kembali pelajaran berhitung, waktu kita masih SD. Kalau saya asumsikan tiap jam saya punya dosa 1, maka dalam sehari semalam saya punya dosa 24. Dalam seminggu 168 dosa, Dalam satu bulan=720 dosa, dalam satu tahun=8760 dosa. Jadi sepanjang usia saya punya dosa sebanyak 8760 x 25 = 219.000. Itu kalau dalam satu jam saya cuman punya dosa 1 kalau 5, 10, 15, 20, 100 atau bahkan lebih, udah berapa banyak dosa saya selama ini? Astaghfirullah, lalu apa yang bisa saya banggakan dengan diri yang penuh dosa ini.????
Tolong katakan padaku;
“Apakakah kamu masih berani bangga diri?”
“Sombong,”
“Angkuh,”
“Takabur,”
“Merasa ‘alim,”
“Merasa suci,”
“Merasa paling…..,”
Yach memang saya harus sadar sesadar-sadarnya, bahwa diri ini banyak dosa. Wahai saudara/i berilah diri ini nasihat, beri diri ini motivasi tuk bertaubat, beri diri ini bimbingan tuk melantunkan istighfar setiap saat.
Katakan pada diri ini, “Rasulullah saja yg maksum (gak punya dosa), tiap hari Beliau senantiasa mengucap istighfar tidak kurang 100 kali.
Trus kamu yg banyak dosa dan maksiat, berapa kali kamu beristighfar?? Sudahkah bibir kamu selalu basah mengucap Astaghfirullah?

Tapi saya agak sedikit punya harapan, kata Ustadz saya Allah itu Maha Pengampun, Maha Penyayang dan Maha penerima tobat. “Sebesar apapun dosa kamu jika kamu mau bertobat, insyaAlllah akan diampuni dan kamu menjadi sosok yang benar-benar bersih”.

Allah berfirman dalam hadis qudsi; “wahai hamba-Ku, sesungguhnya kamu semua selalu berbuat dosa siang dan malam. Sedangkan Aku mengampuni semua dosa, maka mintalah ampun kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu ” (HR.Muslim)

Saya sangat yakin hal itu,,,, Saya pun teringat nasihat-nasihat Ustadz dalam pengajian, ta’lim, halaqoh dsb. Manusia yang terbaik bukanlah manusia yang tak punya dosa, tetapi manusia terbaik adalah bila ia punya dosa segera ia bertobat, beristighfar mohon ampun kepadaNya dengan tidak mengulangi lagi perbuatan dosa itu. “Setiap anak adam punya dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang kembali bertaubat”

Yuk tobat,
yuk istighfar,
yuk kembali kepadaNya,

Astaghfirullah
Astaghfirullah
Astaghfirullah
……
Astaghfirullahal ‘azhiim
Astaghfirullahal ‘azhiim
Astaghfirullahal ‘azhiim
…….
Astaghfirullahal ‘azhiim alladzi laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum wa atuubu ilaihi
…….
Allahumma anta robbiy Laa ilaha illa anta,
kholaqtaniy
wa ana ‘abduka
wa ana ‘ala ahdika
wa wa’dika maan statho’tu
a’udzubika min syarri ma shona’tu
Abu u laka bini’matika alayya
wa abu u bidzanbiy
Faghfirliy
Fa innahu laa yaghfiru dzunuba illa anta

Saudara/i
Mohon diingatkan kalau ada
tulisan yang salah,
kurang tepat,
dan menyinggung perasaan
Selamat berjuang
Allahu akbar
….
Dari Saudaramu
yg senantiasa rindu
cinta kasihNya

Hakikat Bersyukur

Kalau kita perhatikan hidup manusia ini dengan teliti, kita akan dapati bahawa manusia ini sedetik pun tidak terlepas dari diuji. Manusia diuji dengan ujian kesusahan ataupun ujian nikmat yang silih berganti datangnya. Kemudian manusia dituntut supaya bersabar dalam zmenerima kesusahan serta bersyukur dalam menerima nikmat. Kalau kedua-dua perkara ini manusia tidak mahu lakukan, Allah SWT ada berfirman di dalam sebuah Hadis Qudsi yang maksudnya:
Kalau Aku uji kamu dengan kesusahan, kamu tidak mahu bersabar, dan kalau Aku uji kamu dengan nikmat, kamu tidak mahu bersyukur, maka nyahlah kamu dari bumi dan langit Allah ini dan pergilah cari Tuhan yang lain.
Jadi, pada hakikatnya, apa sahaja pergolakan dan perubahan yang berlaku dalam hidup manusia ini, ia hanya mempunyai dua sifat atau dua bentuk. Sama ada ia ujian kesusahan atau ujian nikmat. Atas kedua-dua bentuk ujian ini, hati kita perlu menerimanya dengan betul, iaitu bersabar apabila menerima kesusahan dan bersyukur apabila dikurniakan nikmat.
Di antara kedua-dua tuntutan ini, sekali imbas kita lihat, bersabar itu lebih susah dan lebih berat untuk dipraktikkan.Ini kerana dalam bersabar, hati manusia perlu melalui kesusahan, keresahan, tekanan dan penderitaan. Emosi, fikiran dan ketenangan jiwa terganggu. Kebahagiaan hilang. Bersyukur pula, pada sekali imbas, nampak lebih senang dan mudah kerana hati manusia berada dalam keadaan tenang dan gembira; tidak ada tekanan atau penderitaan.
Apakah ini benar? Adakah bersyukur itu lebih mudah dari bersabar? Kalau benar kenapa tidak ramai orang yang mampu bersyukur? Kenapakah orang-orang yang benar-benar bersyukur itu sedikit sekali bilangannya. Kenapakah Allah ada berfirman di dalam Al Quran:
Maksudnya: “Sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (Surah As-Saba’: 13)
Bersyukur itu sebenarnya berperingkat-peringkat. Ramai orang, apabila mendapat nikmat, lantas mereka memuji Allah. Mereka ucapkan ‘Alhamdulillah’. Ini bersyukur cara biasa. Ramai yang boleh bersyukur dengan cara ini. Akan tetapi, kalau setakat ucapan sahaja, ia belum lagi dikira bersyukur yang sebenarnya. Kalau setakat ucapan sahaja, tetapi tuntutantuntutan lain dalam bersyukur itu tidak dilaksanakan, maka ditakuti ucapan ‘Alhamdulillah’ itu hanyalah untuk mempermain- mainkan atau mempersendakan Allah sahaja.
Ramai juga orang, apabila menerima nikmat atau diselamatkan dari bala bencana, lantas mereka memuji Allah dan mengucapkan ‘Alhamdulillah’. Di samping itu hati mereka benar-benar merasakan Allahlah yang telah memberi mereka nikmat itu, atau Allahlah yang telah menjauhkan mereka dari bala bencana tersebut. Mereka diberi pahala kerana merasakan syukur itu di dalam hati mereka. Ini bersyukur peringkat kedua.
Adapun syukur yang sebenar itu ialah syukur yang diucapkan oleh lidah, yang dirasakan atau ditasdikkah di dalam hati, dan yang dilaksanakan dalam perbuatan. Di samping mengucapkan ‘Alhamdulillah’ dan di samping merasakan di hati bahawa Allahlah yang mengurniakan nikmat tersebut, nikmat itu mesti digunakan atau dikorbankan ke jalan Allah. Inilah hakikat kesyukuran yang sebenarnya.
Kalau kita kaya contohnya, kekayaan itu perlu digunakan ke jalan Allah untuk membantu fakir miskin, untuk jihad fisabilillah dan untuk kemaslahatan umat Islam keseluruhannya. Begitulah juga dengan segala bentuk nikmat Allah yang lain. Semuanya perlu dimanfaatkan ke jalan Allah untuk mendapat keredhaan-Nya.
Firman Allah :
Maksudnya: “Kalau kamu bersyukur atas nikmat-nikmat-Ku, Aku akan tambah lagi nikmat-nikmat-Ku. Tetapi kalau kamu kufur nikmat, ingatlah sesungguhnya siksa-Ku amat pedih.” (Surah Ibrahim: 7)
Syukur seperti inilah yang Allah suka dan yang Allah mahu. Dia akan tambah lagi nikmat-Nya, untuk ‘cover’ balik apayang dikorbankan ke jalan Allah itu.
Justeru itu, kita dapati dalam bersyukur itu ada tugas, ada kerja dan ada tanggungjawabnya iaitu kita terpaksa mengguna dan mengorbankan segala nikmat yang Allah kurniakan itu ke jalan Allah. Nikmat Allah itu perlu ditadbir, diurus dan digunakan pada jalan yang betul. Amat mudah bagi manusia lupa diri dan menggunakan nikmat Allah itu kepada jalan yang sia-sia atau lebih berat lagi kepada jalan maksiat. Kalau ini berlaku maka nikmat itu akan bertukar menjadi bala dan mendapat laknat daripada Allah.
Dalam bersabar, kita tidak ada kerja atau tanggungjawab tambahan selain dari menahan perasaan. Tidak ada bahaya menyalahgunakan nikmat kurniaan Tuhan. Apa yang perlu hanyalah menjaga dan mendidik hati supaya dapat menerima ketentuan Allah itu dan berbaik sangka dengan-Nya.
Barulah kita faham kenapa Allah berfirman bahawa sedikit sekali hamba-hamba-Nya yang bersyukur kerana bersyukur itu sendiri bukanlah suatu perkara yang mudah. Bersyukur lebih berat dari bersabar.

Akhlak Yang Sejati

Rasulullah SAW pernah bersabda: “Tidak aku diutus melainkan untuk menyempurnakan akhlak yang luhur.”
Akhlak ialah tingkah laku, budi pekerti, peribadi, gerak geri dan cara bergaul. Akhlak juga ialah adab dan tata susila. Akhlak ada beberapa peringkat. Ada akhlak kepada Tuhan. Ada akhlak sesama manusia. Ada akhlak terhadap makhluk Tuhan yang lain.
Di antara akhlak kita kepada Tuhan termasuklah kita yakin dan beriman kepada-Nya. Kita sabar dan redha di atas segala ketentuan-Nya. Kita menyembah dan bertawakal kepada-Nya dan lain-lain lagi.
Akhlak kita sesama manusia berbagai pula bentuknya. Kita taat dan patuh pada guru dan ibu ayah kita. Kita cinta dan kasihkan mereka. Kita rendahkan diri dan hati kita terhadap mereka. Begitu jugalah akhlak kita terhadap pemimpin. Sesama kawan pula, kita berlapang dada, saling bantu-membantu, nasihat-menasihati dan berkasih sayang. Kita hormati orangorang tua dan kita berbelas kasihan kepada kanak-kanak dan orang-orang yang lebih muda dari kita. Kalau kita membela haiwan pula maka perlulah kita menyediakan tempatnya, makan dan minum secukupnya. Tidak bolehlah kita mendera atau menyakiti haiwan tanpa sebab, kecualilah haiwan yang merbahaya, kita dibolehkan untuk membunuhnya.
Akhlak seseorang itu terbentuk atau terbina disebabkan oleh tiga faktor, iaitu:
  • Oleh tabiat semulajadinya. Lahir sahaja orang itu, tabiatnya sudah berlemah lembut, peramah, pemurah dan sebagainya.
  • Oleh suasana, persekitaran, tempat dia dibesarkan dan oleh puak, suku atau kaumnya. Kalau adat resam kaumnya suka dan pandai menerima tetamu maka dia pun jadi begitu.
  • Yang ditunjangi dan diteraskan oleh iman dan rasa takut serta cinta kepada Tuhan. Inilah akhlak yang sejati.
Akhlak yang bertunjangkan dan berteraskan iman ini tahan diuji dan tahan dicabar. Ia kuat mencengkam peribadi dan jiwa seseorang itu kerana akhlak seperti ini diperolehi melalui mujahadah dan perjuangan. Akhlak yang terhasil dari mujahadah dan yang bertunjangkan iman ini ada pahalanya.
Adapun akhlak yang terhasil dari tabiat semula jadi atau dari suasana dan persekitaran adalah lemah dan tidak tahan dicabar. Kalau dicabar, ia akan terbarai dan musnah. Ia mudah berubah mengikut suasana dan pengaruh luaran. Kalau dijemur dia kering, kalau direndam dia basah. Kalau terdedah kepada budaya lepak, dia akan turut melepak. Kalau terdedah kepada pengaruh “black metal”, maka jadi ‘logam hitam’lah dia.
Sering kita lihat orang yang sewaktu remajanya di kampung, lemah lembut, pandai menghormati orang-orang tua dan selalu melaungkan azan di surau dan masjid. Tetapi sesudah dewasa dan bekerja di kota, dia tidak kisah pula pada orang dan suka pula menyanyi di disko. Ke masjid sudah tidak ada lagi. Ada pula orang yang semasa remajanya liar dan tidak boleh dikawal tetapi berubah menjadi baik walaupun persekitarannya penuh dengan godaan dan pancaroba. Inilah bezanya akhlak yang diperolehi tanpa usaha dan yang diperolehi melalui mujahadah, keinsafan dan keimanan.
Oleh itu, tidak cukup kalau kita lihat umat Islam itu berakhlak. Kita kena tentukan umat Islam itu kuat iman serta takut dan cinta kepada Tuhan. Barulah akhlak yang ada pada mereka itu mencengkam dan termeteri di dalam jiwa dan peribadi mereka. Barulah akhlak itu akhlak yang sejati yang menjadi darah daging dan tidak mudah luntur dan berubah dalam suasana apa sekali pun. Dalam senang mereka berakhlak. Dalam susah pun mereka berakhlak. Tidak ada kuasa mereka berakhlak. Bila ada kuasa pun mereka berakhlak. Bila miskin mereka berakhlak. Sudah kaya-raya pun mereka berakhlak. Di khalayak ramai mereka berakhlak, bila bersendiri pun mereka berakhlak.
Di Malaysia mereka berakhlak, bila berada di London atau di Moscow pun mereka berakhlak. Kerana berakhlak itu bukan mengikut keadaan, tempat atau musim. Di mana pun dan dalam keadaan apa sekali pun kita wajib berakhlak. Dengan kekuatan akhlak yang berteraskan iman ini, barulah akan terpancar akhlak Islamiah yang boleh dilihat oleh semua orang. Akhlak itu ibarat bunga. Semua manusia dan bangsa sukakannya. Ia bersifat sejagat. Tidak payah banyak cakap, akhlak yang murni dan luhur itu adalah satu bentuk dakwah yang sangat berkesan.
Tidak ramai orang kafir memeluk agama Islam kerana ilmu Islam itu sendiri atau kerana sebab-sebab yang lain. Yang ramai memeluk Islam ialah kerana melihat akhlak dan cara hidup umat Islam yang cantik, indah dan murni. Akhlak dan cara hidup umat Islam ialah dakwah yang paling berkesan. Pada zaman awal Islam ramai kaum musyrik dan Yahudi memeluk Islam hanya kerana melihat akhlak Rasulullah SAW yang sangat mulia lagi terpuji.
Bencinya dan buruk sangka orang kafir terhadap Islam dan enggannya mereka memeluk agama Islam banyak disebabkan oleh akhlak umat Islam yang buruk, kasar, ganas, kotor, jahat dan menjijikkan. Inilah dia umat Islam yang secara sedar atau tidak sedar, secara sengaja atau tidak sengaja yang mengkhianati agama Islam.

Minggu, 14 Agustus 2011

Amalan Islam yang Dilupakan

Islam itu dagang dan akan kembali dagang. Islam itu datangnya membawa perbezaan dan kalau Islam itu diamalkan kembali, ia juga akan membawa perbezaan. Islam itu lain pada yang lain. Ketika awalnya dahulu, Islam itu terpinggir, jauh tersisih dari cara hidup orang-orang Arab jahiliah. Di akhir zaman juga ia terpinggir. Cara hidup Islam yang sebenar jauh tersisih dari cara hidup umat Islam di zaman jahiliah moden ini.
Al-Quran itu dinamakan juga Al Furqan atau “yang membedakan”. Siapa yang mengamalkan Al Quran, maka cara hidupnya akan berbeza dengan orang yang tidak mengamalkan Al Quran. Siapa yang banyak meninggalkan ajaran Al Quran, maka Islamnya tidak syumul.
Sendi-sendi kehidupan umat Islam kini sudah terlalu banyak yang rosak. Sudah tidak kelihatan lagi ciri-ciri dan amalan Islam di dalam kehidupan umat Islam. Banyak dari amalan-amalan Islam telah dilupa dan ditinggalkan. Ia telah digantikan dengan amalan-amalan yang ditiru, dicedok dan diciplak dari amalan para penjajah, orang-orang Barat, Yahudi dan Nasrani.
Di zaman Rasulullah SAW dan para sahabat, kalau diibaratkan ilmu Islam itu ada sepuluh, amalan umat Islam ketika itu juga ada sepuluh. Sebab itu Islam ketika itu syumul dan terlaksana di semua bidang kehidupan. Pada zaman selepas tabit tabiin, ilmu Islam tetap ada sepuluh tetapi amalannya sudah kurang menjadi sembilan. Ketika itu, Islam masih lagi kelihatan syumul. Pada zaman tiga ratus tahun hingga membawa kepada tujuh ratus tahun umur Islam, iaitu di kala mana empayar Islam masih wujud, amalan Islam terus berkurangan walaupun ilmunya tetap sepuluh.
Pada era selepas tujuh ratus tahun hingga sekarang ini iaitu di kala mana empayar Islam telah runtuh dan umat Islam mula dijajah oleh kuasa-kuasa Barat, semakin banyak amalan dan cara hidup Islam ditinggalkan dan diganti dengan amalan-amalan dan cara hidup penjajah. Sekarang ini, tidak salah kalau kita anggarkan bahawa nisbah amalan Islam hanya tinggal satu walhal ilmunya tetap sepuluh, sama seperti di zaman Rasulullah SAW dahulu. Ilmu Islam tidak rosak. Ilmu Islam tidak berkurangan. Ilmu Islam tidak susut. Yang menjadi kurang, yang rosak dan yang susut ialah amalannya yang sudah banyak ditinggal dan dilupakan oleh umat Islam. Maka terbuktilah kebenaran firman Allah yang berbunyi:
Maksudnya: “Dan sekali-kali tidak akan redha kaum Yahudi dan Nasrani itu kepada engkau ya Muhammad selagi kamu tidak mengikut cara hidup mereka.” (Surah Al-Baqarah: 120)
Amalan yang tinggal di waktu ini hanyalah apa yang termaktub di dalam rukun Islam. Itu pun kerana ianya dijadikan rukun. Kalau tidak, mungkin amalan-amalan tersebut dilupakan juga. Amalan-amalan yang menjadi rukun ini, kalau tidak diyakini dan diamalkan, maka akan terjejas keimanan. Justeru itu, masih ada umat Islam yang bersolat walaupun ramai sudah tidak bersolat atau tidak tahu bagaimana hendak bersolat. Masih ada umat Islam yang berpuasa di bulan Ramadhan. Masih ada umat Islam yang membayar zakat dan masih ada yang menunaikan haji. Amalan-amalan yang lain yang tidak merupakan rukun, hampir kesemuanya sudah lenyap ditelan zaman.
Itu sebab Islam di zaman ini tidak syumul lagi. Itu sebab orang Islam tidak banyak bezanya dengan orang bukan Islam sama ada lahir mahupun batinnya. Itu sebab umat Islam sudah hilang identiti mereka. Kecantikan dan keindahan Islam sudah tidak dapat dilihat lagi. Keselamatan dan kesejahteraan yang dijanjikan oleh Islam tidak dapat dirasakan lagi. Umat Islam berpecah-belah. Akhlak dan moral umat Islam runtuh menyapu bumi. Masyarakat umat Islam kucar kacir. Ekonomi umat Islam mundur. Itu sebab juga umat Islam sudah tidak dihormati dan digeruni malahan dikeji dan dihina di seluruh dunia. Kebanyakan umat Islam hari ini hanya Islam pada keyakinan tetapi tidak Islam pada amalan. Lain yang diyakini, lain pula yang diamalkan. Mereka mengaku Islam tetapi cara hidup, cara berfikir dan cara menilai sangat kebaratan.
Bila dikembalikan semula amalan-amalan Islam yang telah ditinggalkan dan dilupakan, masyarakat menjadi huru hara. Banyak mata yang terbeliak. Ramai yang terkejut. Ramai yang terpekik terlolong menuduh songsang dan sesat. Sedih. Umat Islam sendiri sudah tidak kenal Islam. Islam hanya tinggal rukun. Islam pada mereka hanya solat, puasa, zakat dan haji.
Umat Islam sudah lupa berpakaian secara Islam. Mereka sudah lupa itu apa aurat. Mereka sudah lupa makan minum dan bergaul secara Islam. Mereka sudah lupa berekonomi, menjalankan pelajaran dan pendidikan, berkebudayaan, bermasyarakat dan berpolitik secara Islam. Mereka sudah lupa bersahabat dan berjiran secara Islam. Mereka sudah lupa berhibur secara Islam. Mereka sudah lupa tentang had-had dan batas-batas yang ditetapkan oleh Islam.
Apabila ditonjolkan pakaian secara Islam yang menutup aurat, mereka terkejut. Pakaian sunnah berserban mereka tak tahu. Makan cara Islam di dalam talam, makan bergaram dan duduk bersimpuh, mereka rasa pelik. Pada masa yang sama, mereka memandang amalan poligami itu hina walhal ianya adalah satu amalan yang mulia dan merupakan sebahagian dari syariat Islam dan menjadi amalan Rasulullah. Malahan poligami ialah tradisi bagi orang-orang soleh. Tidak pula mereka pandang salah atau hina bila muda mudi bergaul bebas atau berjalan berdua-duaan ke sana ke mari. Dadah, arak, zina dan judi yang berlaku di tengah-tengah masyarakat dipandang ringan dan dianggap sebagai perkara biasa atau sebagai masalah
individu yang orang lain tidak perlu masuk campur.Itu belum lagi diperkatakan tentang berekonomi secara Islam yang menentang penindasan, riba, monopoli dan pembaziran yang sangat berbeza dengan sistem kapitalis yang diamalkan yang hanya mementingkan untung berlipat ganda tanpa mengira halal atau haram. Ataupun soal pelajaran dan pendidikan Islam yang membawa manusia kepada Tuhan dan bukan kepada kebendaan. Atau soal kebudayaan Islam yang membawa kesedaran dan membina kehalusan akhlak manusia dan bukan yang melalaikan, merosakkan akidah, akhlak, moral dan yang menggalakkan pergaulan bebas muda mudi dan penggunaan dadah. Sistem sosial Islam yang berkasih sayang, bertolong bantu, kuat menguatkan, bersatu padu dan penuh dengan kebajikan, kesejahteraan dan keselamatan dan bukan sistem sosial yang menindas dan menekan, hidup cara nafsi-nafsi,
yang kuat timbul yang lemah tenggelam seperti kehidupan haiwan di belantara atau seperti pokok di hutan yang berebut-rebut meninggikan pucuk masing-masing untuk mendapat cahaya matahari. Dan juga sistem pentadbiran Islam yang menyatu-padukan umat, yang adil, yang bebas dari krisis, pilih kasih dan perebutan kuasa, yang melagangkan ketuhanan dan
bukan ideologi ciptaan manusia dan yang mementingkan pembangunan insan dan rohaniah lebih dari pembangunan material. Sudah begitu jauh cara hidup umat Islam kini dari cara hidup Islam yang sebenar. Cara hidup musuh dianggap Islam, cara hidup Islam dimomok dan dikatakan ketinggalan zaman.
Untuk menebus kembali maruah umat Islam yang sudah punah ranah ini, untuk membawa Islam kembali ke mercu kegemilangannya dan untuk menjadikan umat Islam ini pewaris
bagi bumi Allah ini, maka kita perlu tingkatkan amalan Islam kita. Kita perlu hidupkan semula segala amalan-amalan Islam yang telah lama kita tinggalkan dan kita lupakan. Umat
Islam perlu kembali kepada amalan Islam yang sebenar.
Kalaulah amalan Islam kita pada hari ini diibaratkan hanya satu dari sepuluh ilmu Islam yang ada, marilah kita tingkatkan amalan kita itu kepada dua, tiga, empat, lima dan seterusnya setakat mana yang kita mampu. Islam itu ialah iman, ilmu dan amal. Kalau tidak ada ketiga-tiga perkara ini, Islam tidak akan terlaksana. Islam akan hanya menjadi seperti benih yang belum ditanam. Pokoknya tidak ada. Kalau pokok Islam tidak ada, masakan dapat kita nikmati buahnya yang enak, lazat dan manis.Dengan ketiga-tiga perkara ini juga iaitu iman, ilmu dan amal, Islam kita akan bertambah syumul dan bertambah syumul. Di atas kesyumulan inilah letaknya kasih sayang Tuhan. Di atas kesyumulan inilah letaknya nikmat, rahmat dan keampunan Tuhan.
Islam asalnya dagang. Kini cara hidup Islam kembali dagang, ia
terpinggir dan tersisih di zaman jahiliah moden ini.

Sebersit do’a dari seorang sahabat..

Ya Allah…
Seandainya telah Engkau catatkan dia akan mejadi teman menapaki hidup
Satukanlah hatinya dengan hatiku…
Titipkanlah kebahagiaan diantara kami
Agar kemesraan itu abadi
Dan ya Allah… ya Tuhanku yang Maha Mengasihi
Seiringkanlah kami melayari hidup ini
Ke tepian yang sejahtera dan abadi

Tetapi ya Allah…
Seandainya telah Engkau takdirkan…
Dia bukan milikku
Bawalah ia jauh dari pandanganku
Luputkanlah ia dari ingatanku
Ambillah kebahagiaan ketika dia ada disisiku
Dan peliharalah aku dari kekecewaan
Ya Allah ya Tuhanku yang Maha Mengerti…
Berikanlah aku kekuatan
Melontar bayangannya jauh ke dada langit
Hilang bersama senja nan merah
Agarku bisa berbahagia walaupun tanpa bersama dengannya
Dan ya Allah yang tercinta…
Gantikanlah yang telah hilang
Tumbuhkanlah kembali yang telah patah
Walaupun tidak sama dengan dirinya
Ya Allah ya Tuhanku…
Pasrahkanlah aku dengan takdirMu
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan
Adalah yang terbaik buatku
Karena Engkau Maha Mengetahui
Segala yang terbaik buat hambaMu ini
Ya Allah…
Cukuplah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku
Di dunia dan di akhirat
Dengarlah rintihan dari hambaMu yang daif ini
Jangan Engkau biarkan aku sendirian
Di dunia ini maupun di akhirat
Menjuruskan aku ke arah kemaksiatan dan kemungkaran
Maka kurniakanlah aku seorang pasangan yang beriman
Supaya aku dan dia dapat membina kesejahteraan hidup
Ke jalan yang Engkau ridhai
Dan kurniakanlah padaku keturunan yang saleh
Aamiin
Amiiiin ya robbal alamin…
Sahabat-ku.. indah nian do’a yang engkau lantunkan..
Semoga Allah kan mengabulkan.. amiin ya Allah ya rabbal alamin.. ^_^

Nasihat Kematian

“Dimana saja kemu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (An-Nisa:78)

Saudaraku tercinta…
Kematian adalah sebuah kepastian dan ketentuan dari Allah swt. Semua manusia akan dijemputnya cepat atau lambat, tua atau muda tanpa perkecualian. Kematian menghancurkan semua kelezatan dunia dan menghentikan semua langkah manusia di dunia. Sayangnya, banyak manusia lalai dan mengabaikan kematian.

Abu Darda. ra pernah berpesan, “Apabila anda mengenang orang-orang yang sudah mati, maka anggaplah dirimu salah seorang dari mereka.”

Saudaraku tercinta…
Walaupun kematian adalah rahasia dari Allah swt. Namun Allah swt memberikan tada-tandanya kepada manusia, agar mereka mau sadar dan mempersiapkan diri. Rambut yang mulai beruban, gigi yang mulai rontok, fisik yang semakin melemah dan sakit-sakitan. Tanda-tanda ini sejatinya harus menjadi pelajaran dan nasihat bagi kita.

Ibrahim an-Nakhai pernahberkata, “Jika kami datang ke rumah orang yang meninggal dunia atau mendengar ada orang yang meninggal dunia, maka hal itu membekas pada diri kami hingga berhari-hari. Karena kami tahu akan ada sesuatu (ajal itu akan membawanya ke syurga atau neraka).”
Betapa kuatnya nasihat kematian. Kematian membuat Rasulullah saw selalu melakukan ziarah kubur dan mengingat kematian. “Perbanyak mengingat penghancur kelezatan.” (HR. tirmidzi)

Saudaraku tercinta…
Mengingat kematian akan meningkatkan kesadaran dan jati diri manusia. Mengingat kematian juga akan memberikan dampak positif dalam kehidupan dunia, berupa kelembutan dan kepekaan hati. Dengan dmikian ia cepat tanggap untuk selalu melakukan amal shalih dan meninggalkan kemaksiatan.

Saudaraku tercinta…
Orang yang senantiasa mengingat kematian sesungguhnya adalah orang yang cerdas. Ukuran kecerdasan seseorang dapat dilihat dari sejauh mana ia bertindak secara efektif dan efesien, berbuat untuk kepentingan diri dan orang lain dan memiliki visi dan misi yang jauh ke depan, disamping memiliki pengendalian diri yang kuat. Dengan mengingat kematian, seseorang akan beramal semaksimal mungkin.

Saudaraku tercinta…
Ibnu Umar menceritakan, Rasulullah saw pernah ditanya oleh seorang sahabat dari kalangan Anshor, “Siapakah orang yang paling cerdas dan paling mulia, wahai rasulullah saw?”
Rasulullah saw menjawab, “Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling banyak mempersiapkan diri untuk menjumpainya. Mereka itulah orang-orang yang cerdas. Mereka pergi dan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan akherat.”
(HR. Ibnu Majah)

Abu Bakar As-Shiddiq pernah berkata: “Bersemangatlah meraih kematian, niscaya Allah akan memberikan kepadamu kehidupan.”

Saudaraku tercinta…
Barra bin ‘Azib menceritakan hadits yang panjang riwayat Imam Ahmad tentang perjalanan seseorang, setelah ia mati.
Seorang mukmin yang akan meninggal dunia akan disambut ceria oleh malaikat dengan membawa kafan syurga. Lalu datang Malaikat Maut duduk di atas kepalanya dan memerintahkan ruh yang shalih untuk keluar dari jasadnya. Selanjutnya, ia disambut oleh malaikat dan ditempatkan di kain kafan syurga serta diangkat ke langit. Penduduk langit berupa malaikat menyambutnya, sampai di langit terakhir bertemu Allah dan memerintahkan pada malaikat, “Catatlah kitab hambaku ke dalam ‘Illiyin dan kembalikan ke dunia.”
Selanjutnya, dikembalikan lagi ruh itu ke jasadnya. Lalu datanglah dua malaikat yang bertanya, “Siapa Tuahanmu? Apa agamamu? Siapa lelaki yang diutus kepadamu? Siapa yang mengajarimu?” Hamba yang beriman itu dapat menjawab dengan baik. Lalu ia diberi alas berupa syurga, mendapat kenikmatan di kubur, dengan selalu dibukakan pintu syurga, dilapangkan kuburnya dan mendapat teman yang baik, pakaian yang baik dan aroma yang baik. Lelaki itu adalah amal perbuatannya.


Saudaraku tercinta…
Sebaliknya, ketika orang kafir akan meninggal dunia, datanglah malaikat hitam dengan membawa kain kotor. Selanjutnya, datanglah malaikat maut dan duduk di kepalanya dan memerintahkan ruh yang buruk untuk keluar dari jasadnya. Malaikat maut menarik ruh itu dari jasadnya seperti menarik duri dari kain wol yang basah. Setelah itu, ia ditaruh di kain kotor. Seketika terciumlah bau busuk menyengat. Lalu ia dibawa naik ke langit. Setiap naik ke langit, para malaikat menanyakan ruh yang berbau busuk tersebut. Ruh itu tidak sampai naik ke langit, di mana Allah berada di sana, dan tidak bertemu Allah. Allah memerintahkan untuk mengembalikan ruh itu ke jasadnya dan dicatat dalam kitab Sijjin. Lalu datanglah kedua malaikat mengajukan pertanyaan seperti di atas. Tapi orang kafir itu hanya menjawab, oh… oh… saya tidak tahu, karena tidak mampu menjawab. Setelah itu ia diberi alas berupa neraka serta mendapat siksa kubur. Neraka selalu membuka pintu untuknya. Ia ditemani oleh teman yang berwajah dan berpakaian buruk, aromanya pun tak sedap. Teman itu adalah amal buruknya ketika hidup di dunia.
Saudaraku tercinta…
Marilah kita meresapi kata-kata penuh hikmah dari seorang shalih, Lukman Al-Hakim. ra, beliau mengatakan, “Wahai anakku! Sesungguhnya manusia itu terdiri dari tiga bagian: sepertiga untuk Allah, sepertiga untuk dirinya dan sepertiga untuk ulat dan cacing. Bagian pertama, yang akan kembali ke Allah adalh ruhnya. Bagian kedua, yang kembali menjadi miliknya sendiri adalah amalnya. Dan bagian ketiga, yang menjadi santapan ulat dan cacing adalah jasadnya.”
Saudaraku tercinta…
Hidup kita yang hanya sebentar ini di dunia, marilah kita mafa’atkan dengan semaksimal mungkin. Bukankah Allah swt menciptakan manusia tidak lain untuk mengabdi dan beribadah kepada-Nya. Jangan jadikan dunia segala-galanya bagi kita… Ingatlah, kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau saja.

Wallahu ‘alam bi showab.

Cukuplah Kematian Sebagai Nasehat

“Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu kematian!” (HR. Tirmidzi)

Berbahagialah hamba-hamba Allah yang senantiasa bercermin dari kematian. Tak ubahnya seperti guru yang baik, kematian memberikan banyak pelajaran, membingkai makna hidup, bahkan mengawasi alur kehidupan agar tak lari menyimpang.


Nilai-nilai pelajaran yang ingin diungkapkan guru kematian begitu banyak, menarik, bahkan menenteramkan. Di antaranya adalah apa yang mungkin sering kita rasakan dan lakukan.


Kematian mengingatkan bahwa waktu sangat berharga

Tak ada sesuatu pun buat seorang mukmin yang mampu mengingatkan betapa berharganya nilai waktu selain kematian. Tak seorang pun tahu berapa lama lagi jatah waktu pentasnya di dunia ini akan berakhir. Sebagaimana tak seorang pun tahu di mana kematian akan menjemputnya.

Ketika seorang manusia melalaikan nilai waktu pada hakekatnya ia sedang menggiring dirinya kepada jurang kebinasaan. Karena tak ada satu detik pun waktu terlewat melainkan ajal kian mendekat. Allah swt mengingatkan itu dalam surah Al-Anbiya ayat 1, “Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).”


Ketika jatah waktu terhamburkan sia-sia, dan ajal sudah di depan mata. Tiba-tiba, lisan tergerak untuk mengatakan, “Ya Allah, mundurkan ajalku sedetik saja. Akan kugunakan itu untuk bertaubat dan mengejar ketinggalan.” Tapi sayang, permohonan tinggallah permohonan. Dan, kematian akan tetap datang tanpa ada perundingan.

Allah swt berfirman dalam surah Ibrahim ayat 44, “Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang zalim: ‘Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul….”
Kematian mengingatkan bahwa kita bukan siapa-siapa

Kalau kehidupan dunia bisa diumpamakan dengan pentas sandiwara, maka kematian adalah akhir segala peran. Apa pun dan siapa pun peran yang telah dimainkan, ketika sutradara mengatakan ‘habis’, usai sudah permainan. Semua kembali kepada peran yang sebenarnya.

Lalu, masih kurang patutkah kita dikatakan orang gila ketika bersikeras akan tetap selamanya menjadi tokoh yang kita perankan. Hingga kapan pun. Padahal, sandiwara sudah berakhir.

Sebagus-bagusnya peran yang kita mainkan, tak akan pernah melekat selamanya. Silakan kita bangga ketika dapat peran sebagai orang kaya. Silakan kita menangis ketika berperan sebagai orang miskin yang menderita. Tapi, bangga dan menangis itu bukan untuk selamanya. Semuanya akan berakhir. Dan, peran-peran itu akan dikembalikan kepada sang sutradara untuk dimasukkan kedalam laci-laci peran.


Teramat naif kalau ada manusia yang berbangga dan yakin bahwa dia akan menjadi orang yang kaya dan berkuasa selamanya. Pun begitu, teramat naif kalau ada manusia yang merasa akan terus menderita selamanya. Semua berawal, dan juga akan berakhir. Dan akhir itu semua adalah kematian.


Kematian mengingatkan bahwa kita tak memiliki apa-apa

Fikih Islam menggariskan kita bahwa tak ada satu benda pun yang boleh ikut masuk ke liang lahat kecuali kain kafan. Siapa pun dia. Kaya atau miskin. Penguasa atau rakyat jelata Semuanya akan masuk lubang kubur bersama bungkusan kain kafan. Cuma kain kafan itu.

Itu pun masih bagus. Karena, kita terlahir dengan tidak membawa apa-apa. Cuma tubuh kecil yang telanjang.


Lalu, masih layakkah kita mengatasnamakan kesuksesan diri ketika kita meraih keberhasilan. Masih patutkah kita membangga-banggakan harta dengan sebutan kepemilikan. Kita datang dengan tidak membawa apa-apa dan pergi pun bersama sesuatu yang tak berharga.


Ternyata, semua hanya peran. Dan pemilik sebenarnya hanya Allah. Ketika peran usai, kepemilikan pun kembali kepada Allah. Lalu, dengan keadaan seperti itu, masihkah kita menyangkal bahwa kita bukan apa-apa. Dan, bukan siapa-siapa. Kecuali, hanya hamba Allah. Setelah itu, kehidupan pun berlalu melupakan peran yang pernah kita mainkan.

Kematian mengingatkan bahwa hidup sementara
Kejayaan dan kesuksesan kadang menghanyutkan anak manusia kepada sebuah khayalan bahwa ia akan hidup selamanya. Hingga kapan pun. Seolah ia ingin menyatakan kepada dunia bahwa tak satu pun yang mampu memisahkan antara dirinya dengan kenikmatan saat ini.
Ketika sapaan kematian mulai datang berupa rambut yang beruban, tenaga yang kian berkurang, wajah yang makin keriput, barulah ia tersadar. Bahwa, segalanya akan berpisah. Dan pemisah kenikmatan itu bernama kematian. Hidup tak jauh dari siklus: awal, berkembang, dan kemudian berakhir.

Kematian mengingatkan bahwa hidup begitu berharga

Seorang hamba Allah yang mengingat kematian akan senantiasa tersadar bahwa hidup teramat berharga. Hidup tak ubahnya seperti ladang pinjaman. Seorang petani yang cerdas akan memanfaatkan ladang itu dengan menanam tumbuhan yang berharga. Dengan sungguh-sungguh. Petani itu khawatir, ia tidak mendapat apa-apa ketika ladang harus dikembalikan.

Mungkin, inilah maksud ungkapan Imam Ghazali ketika menafsirkan surah Al-Qashash ayat 77, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia…” dengan menyebut, “Ad-Dun-ya mazra’atul akhirah.” (Dunia adalah ladang buat akhirat)

Orang yang mencintai sesuatu takkan melewatkan sedetik pun waktunya untuk mengingat sesuatu itu. Termasuk, ketika kematian menjadi sesuatu yang paling diingat. Dengan memaknai kematian, berarti kita sedang menghargai arti kehidupan.

Sabtu, 13 Agustus 2011

Semua orang boleh berubah

Pepatah ada menyatakan “sekali air bah, sekali pasir berubah”. Begitu juga manusia yang boleh berubah sama ada dari negatif menjadi lebih baik atau sebaliknya. Jika dilihat dari sudut yang positif, perubahan merupakan satu penghijrahan yang membawa kebaikan kepada seseorang individu, namun ada juga perubahan yang menyebabkan seseorang itu semakin dijauhi oleh orang lain.
Perubahan boleh berlaku pada setiap orang yang bernama manusia. Boleh jadi perubahan pada diri individu itu berlaku disebabkan perubahan pada status dirinya atau ada peristiwa penting yang berlaku kepada dirinya sekaligus mewajarkan perubahan tersebut. Ada orang berubah menjadi baik bila terjadi musibah ke atas dirinya. Ada orang berubah menjadi sebaliknya bila mendapat pangkat, gelaran, kedudukan yang tinggi dan harta kekayaan.Perubahan ke atas diri seseorang juga boleh berlaku disebabkan perubahan pada keadaan sekeliling yang melingkunginya. Jika lingkungannya baik maka dia boleh berubah menjadi baik.
Baru-baru ini saya mendengar cerita mengenai seorang kawan lama. Beliau yang saya kenali cukup bermasalah dengan orang di sekelilingnya. Seorang ketua yang garang dan selalu memarahi anak buahnya di pejabat. Semua orang tidak menyukainya kerana sikap dan perangainya yang baran tersebut. Saya sendiri secara peribadinya pernah dimarahi oleh beliau ketika melakukan satu tugasan penting beberapa tahun yang lalu. Namun saya masih menjalinkan hubungan sebagai rakan sekerja dalam keadaan yang berhati-hati. Secara peribadi saya tiada masalah dengan dia malahan masih berhubungan dengan beliau kerana bekerja di bawah satu bumbung namun cakap-cakap orang yang masih bersangka buruk dengannya masih kedengaran.
Baru-baru ini kawan saya itu bertukar ke tempat lain. Mendengar bahawa kawan saya itu bertukar ramai yang seronok malah bertepuk tangan. Namun ada seorang lagi kawan saya yang berdukacita kerana kawan saya yang bermasalah itu akan pergi ke tempat dia. Dia bimbang bahawa kawan saya ini akan membawa perangai lamanya. Saya menyatakan bahawa manusia boleh berubah. Jangan suka mendengar cakap orang mengenai cerita 2 atau 3 tahun yang lepas. Boleh jadi dia telah berubah menjadi baik. Kenapa saya katakan begitu adalah kerana saya yakin bahawa beliau telah jauh berubah. Ini kerana pengalaman terkini saya yang banyak berurusan dengan dia menjadikan persepsi saya terhadap dia jauh berubah. Jika boleh saya katakan hampir 70% perubahan positif pada dirinya walaupun saya dapat mengesan beberapa nilai lama yang masih kekal pada dirinya. Apa pun saya optimis bahawa dia telah jauh berubah menjadi lebih baiknya. Sangkaan saya betul. Teman saya yang menerima kawan yang di pejabat baru mengesahkan demikian. Dia menyatakan bahawa kawan saya itu setakat ini mempunyai hubungan yang baik dengan rakan sekerjanya yang lain dan juga pegawai bawahannya. Malahan dia sendiri terkejut dengan perubahan tersebut.Tentunya ramai yang tidak akan mempercayainya.
Saya tersenyum. Cakap-cakap negatif masih terus kedengaran biar pun telah beberapa tahun peristiwa hitam itu berlaku. Mana mungkin kita sebagai manusia mampu menghentikan mulut orang dari terus bercakap mengenai orang.Pergeseran sesama insan ternyata lebih sukar untuk dipadamkan berbanding api di dalam sekam. Kita sering kali mengingati kejahatan orang pada kita tanpa kita menyedari bahawa kita juga mempunyai saham yang sama terhadap orang lain. Kita sering kali menghukum seseorang berdasarkan pertimbangan kita 5 atau 10 tahun yang lalu sedangkan pertimbangan masa kini tidak langsung kita raikan.
Manusia suka menghukum berdasarkan sejarah silam. Jika dahulu dia seorang yang jahat maka orang akan menghukumnya sebagai jahat selama-lamanya walaupun pun dia telah bertaubat dan kembali ke jalan yang benar.
Analoginya sama seperti kita ingin menjual sebuah rumah milik kita yang dibeli 20 tahun yang lepas. Tentunya kita akan meminta Jurunilai Hartanah untuk menilai berapakah harga yang sewajarnya kita jual pada masa kini. Jurunilai akan membuat penilaian berdasarkan kepada keadaan pasaran semasa dan bukannya keadaan 20 tahun yang lepas. Mana mungkin rumah yang berharga RM160 ribu pada tahun 1991 boleh kekal pada harga yang sama pada tahun 2011. Penilaian hartanan mengikut keadaan semasa boleh melambung sehingga beberapa kali ganda malahan ada yang mencecah angka jutaan ringgit.
Kenapa manusia boleh meletakkan harga yang tinggi kepada harta benda mengikut keadaan zaman semasa tetapi masih meletakkan harga yang rendah kepada nilai diri dan maruah manusia lain mengikut keadaan masa lalu?
Kenapa kita tidak mengikut trend semasa. Nilailah harga diri manusia kepada apa yang ada pada diri dia sekarang dan bukannya masa lalu.
Jika dahulu dia tidak solat apakah kita masih mahu meletakkan hukum di tempat yang sama walaupun dia telah melakukan solat tanpa gagal.
Saya bercakap mengenai perubahan yang positif dan bukannya sebaliknya. Saya tidak mahu menerangkan mengenai perubahan negatif kerana itu bukannya isunya yang hendak kita raikan. Isunya ialah nilailah manusia mengikut pertimbangan semasa dan bukannya menghukum berdasarkan sejarah hitam silam.
Itu baru adil. Seseungguhnya Allah swt adalah bersifat dengan sifat ar-rahman dan ar-rahim yakni pengampun lagi penyayang. Seorang yang kufur selama 40 tahun tiba-tiba satu hari sebelum meninggal dunia melafazkan syahadah secara automatiknya dia Muslim dan segala perkara yang dilakukan sepanjang 40 tahun berada di dalam kesesatan gugur dan hangus begitu sahaja. Allah menilai berdasarkan 1 hari kehidupannya sebagai Muslim dan insyallah syurga menanti beliau walaupun beliau tidak sempat menunaikan tanggungjawabnya sebagai seorang Muslim yang sebenar.
Justeru, marilah sama-sama kita perbetulkan tanggapan kita bahawa sekotor dan seburuk mana pun seseorang itu, dia mampu berubah menjadi baik. Sebagai kawan sama-sama kita mendoakan kebaikan untuknya dan anggaplah segala kelakuannya terhadap kita itu sebagai ujian kesabaran dari Allah untuk kita.

Pantaslah Kalau Diri Ini disebut Iblis Berwajah Manusia

Sekarang nafsuku bergelora, ingin dipuja dan dimanja, ingin dikatakan orang mulia dan suci, padahal dibalik itu semua, adalah kemunafikan dan kebohongan belaka. Tiada ucapan sedikitpun yang bisa mendinginkan kecuali hanya untuk ajang adu domba.

Padahal..

Manusia sejati ialah kasih sayang,

Manusia sejati tidak pernah menyakiti sesama,

Manusia sejati tidak rela saudaranya menderita,

Manusia sejati tidak akan mungkin memakan bangkai saudaranya sendiri, dan

Manusia sejati akan selalu taat dengan perintah TuhanNya,

Tapi aku tidak, kasih sayang itu hanya sebuah isapan jempol belaka, ucapan demi ucapanku selalu membawa perpecahan, sikap dan sifatku yang sok suci berbalut ketawadhuan sebenarnya penuh dengan kebencian dan kemunafikan, tidak ada orang yang tahu kecuali nafsuku yang sangat halus itu!

Perintah Tuhanpun senantiasa kulanggar, itupun tidak pernah ku sesali, padalah Nabi adam sekali berbuat salah, ia sesali dengan tangisan selama 200 tahun, sambil membawa perasaan hina, perasaan rendah, dan penuh banyak dosa, sehingga keprihatinanpun menyelimuti jiwanya, sehingga lantunan doa "Robbana dholamna anfusanawailam tagfirlana watarhamna lana kunanna minal khosirin" tak pernah lepas dalam setiap langkahnya.

Berbeda dengan iblis, ketika melakukan kesalahan ia malah menonjolkan sifat kesombongan dan ketakaburan, menentang hukum Tuhan, ke akuannya pun tampak sambil bertepuk dada seraya berucap "aku lebih baik daripada dia" karena aku diciptakan dari api sedangkan Dia diciptakan dari tanah.

Yaa Allah… Yaa Tuhan kami…

Aku menyatakan iblis adalah musuhku,

Tapi kenyataannya sifat-sifat iblis menyatu dalam diriku,

Sifatku adalah penjelmaan iblis,

Urat nadiku pintu keluar masukknya iblis,

Sekarang darahku sudah terkontaminasi dengan racun ke AKU an,

Tak sadar bendera "AKU" bersemayam didalam hatiku,

Ibadahpun kuperalat untuk mendapatkan kemuliaan dan pengaruh,

Sehingga nafsuku ingin selalu disanjung, dipuja dan dimanja,

Pantaslah kalau diri ini disebut Iblis berwajah Manusia!

Karena sudahlah terbukti, sifat dan sikapku bukan menunjukkan sebagai manusia apalagi sebagai hamba, sangat jauh!

Oh…. Tuhan…

Pantaskah bila diri yang kotor ini disebut sebagai hambaMU?


"Hidup Sekali Harus Berarti"

Jumat, 12 Agustus 2011

Mengenal 9 Syahwat Perempuan : 1 Syahwat Laki-Laki, Siapa yang Akan Bertahan?

Tatkala setelah beberapa waktu suami Robiatul Adawiyah meninggal dunia, tiba-tiba ada yang mengetok pintu rumahnya, sambil berucap salam, akhirnya Robiatul Adawiyah membuka pintu rumahnya, dan alangkah terkejutnya ada beberapa gerombolan orang-orang tampan ada didepannya, salah satu dari ada yang Robiatul Adawiyah kenal,namanya Hasan Basyri

"Ada apa wahai saudaraku, Hasan Basyri?" Tanya Robiatul Adawiyah

"Suamimu telah meninggal dunia, dan engkau harus bersuami lagi" tukas Hasan Basyri

"Ya, tetapi siapa diantara yang lebih alim? Maka akan aku jadikan suami untuk diriku" jawab Robiah

Sahabat Hasanpun berkata "Hasan Basyri adalah orang yang alim diantara kita semua, maka dialah yang pantas bersanding denganmu"

"Baiklah, tapi sebelum kau nikahi aku, jawablah empat pertanyaanku,dan setelah kau bisa menjawab maka aku jadi milikmu" jawab Robiah

"Bertanyalah padaku, bila Allah menjodohkan pasti aku bisa menjawab dari pertanyaanmu itu" kata Hasan

"Bagaimana pendapatmu, seandainya aku mati dan keluar dari dunia ini, apakah aku keluar nanti membawa iman atau tidak?" awal pertanyaan yang disampaikan Robiah

"Ini perkara ghoib, tiada yang tahu kecuali Allah" jawab Hasan

"Bagaimana pendapatmu, seandainya aku telah disemayamkan lalu didalam kubur, aku ditanya dua malaikat munkar nakir, apakah aku bisa menjawab dari pertanyaannya" lanjut Robiah

"Ini juga perkara ghoib, tiada yang tahu kecuali Allah" jawab Hasan

"Apabila manusia dikumpulkan pada hari kiamat dan aku menerima buku catatan amalku, apakah kuterima buku catatanku itu dengan tangan kiri atau tangan kanan?" Tanya Robiah

"Ini juga perkara ghoib" sahut Hasan

"Apabila manusia dipanggil dan diadili, pada saat itu apakah aku masuk di neraka atau di surga?" Tanya Robiah

Lagi-lagi dijawab oleh Hasan "ini juga perkara ghoib"

Kemudian Robiahtul Adawiyah berkata "bagaimana engkau bisa layak menjadi suamiku, sedangkan perkara ini saja engkau tidak mengetahuinya, wahai Hasan bisyri..!"

"memangnya berapa bagian Allah menciptakan akal" lanjut Robiah

"Sepuluh bagian, Sembilan bagian untuk laki-laki dan satu untuk perempuan" sahut Hasan

"Berapa bagian Allah menciptakan syahwat?" Tanya Robiah

"Sepuluh bagian, Sembilan untuk perempuan dan satu untuk laki-laki" jawab Hasan

Dengan diplomatis Robiahtul Adawiyah berkata

"Wahai Hasan Basyri, kau tahu aku mampu menjaga sembilan syahwatku dengan satu bagian akal, sedangkan kamu tidak mampu menjaga satu syahwatmu dengan sembilan bagian akalmu"

Saat itu menangislah Hasan Basyri, sambil keluar meninggalkan Robiahtul Adawiyah.

Berdialog Antara Roh dan Jasad (Saat Hari Peradilan itu Tiba)


Ingat rumus dunia: SEMUA PASTI HARUS BERPISAH



Ingatkah diri ini kalau akan berpulang kepada TuhanNya?,

Ingatkah diri ini kalau akan ada perpisahan antara roh dan jasad?,

Satu persatu, mau tidak mau, cepat atau lambat, JASAD ini akan paksa untuk meninggalkan dunia yang fana' ini,

Karena rumus dunia "SEMUA PASTI HARUS BERPISAH",

Pada saat itu,

Label kemuliaan kita tinggalkan,

Label sebagai orang kaya kita tinggalkan,

Label sebagai orang berilmu kita tinggalkan,

Label sebagai orang alim juga kita tinggalkan, dan

Otak yang saat itu kita agung-agungkan, saat itu sudah terpendam tiada berfungsi lagi, dan

Semua sama diangkat, dikubur dan di tinggalkan sendirian dalam kegelapan,

Yang ada hanya iman atau tidak!

Tapi sayang, pernahkah kita memikirkan hal itu?

Akhirnya ketika sangka-kala ditiup dengan pekaknya, jasad terbangun dari kuburnya, tibalah saat pertemuan menegangkan antara roh dan jasad terjadi,

Dalam peradilan Tuhan, jasad siap menjadi tape recorder, memutar dengan rinci dan detail setiap bagian file yang telah terekam dunia,

Kesalahan demi kesalahan yang pernah dibuat, akan segera terbeber dan terbongkar pada saat itu,

Ketika engkau transaksikan jasadmu untuk berbuat maksiat, engkau transaksikan jasadmu untuk menyakiti orang tuamu, orang-orang disekitarmu, engkau transaksikan jasadmu untuk berzinah, jasad akan membongkar dan membeberkan semua, dan

Ketika engkau transaksikan jasadmu berbuat kebajikan, jasad juga akan menunjukkan bukti-bukti kebajikan itu semua,

Dimana dulu di dunia,

Jasad yang engkau manjakan,

Jasad yang engkau nina bobokan,

Jasad yang engkau bela mati-matian, dan

Jasad yang engkau agung-agungkan,

Pada saat itu JASAD akan menjadi musuh terbesar dalam sejarah hidupmu,

Karena pada saat itu tidak ada kompromi antara jasad dan roh,

Tidak ada kerjasama antara jasad dengan roh,

Karena saat itu, jasad akan berkata dengan sejujur-jujurnya,

Tidak ada satupun yang tidak terbongkar dari apa yang telah dilakukan di dunia,

"Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. Mereka berkata: "Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur)?". Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul(Nya). Tidak adalah teriakan itu selain sekali teriakan saja, maka tiba-tiba mereka semua dikumpulkan kepada Kami" (QS Yasin [36] : ayat 51-53)

Ilustrasi dialog antara roh dan jasadPada saat itulah dialog dan negoisasi antara jasad dan roh mulai terjadi

Rohpun berkata "Wahai jasadku kita berjumpa lagi, berapa tahun ya.. kau kutinggalkan ditanam di dalam tanah?"

Jasadpun juga menjawab "Seingatku, sangat lama sekali engkau meninggalkanku terkubur di dalam tanah"

"Taukah engkau kita di bangunkan dan dipertemukan kembali?" Tanya roh kepada jasad

"Iya aku tahu wahai rohku, ketika sangka-kala meniupkan dengan pekaknya aku terbangun, karena tibalah hari dimana aku menjadi saksi atas perbuatanmu di dunia dulu" Jawab jasad kepada roh

"Wahai jasadku, kalau kamu tahu begitu, dimana hari ini adalah hari peradilan, kumohon bantulah aku, tutupilah kesalahanku, tutupilah kemaksiatanku di dalam peradilan Tuhan ketika tibalah giliranku nanti?" ucap roh dengan lirih

"Wahai roh, maaf aku tidak bisa membantumu, karena dimana hari ini adalah hari keadilan dan aku harus jujur sejujur-jujurnya, hari dimana aku harus menjadi saksi perbuatanmu ketika engkau hidup di dunia, maaf sekali lagi maaf aku tidak bisa membantumu wahai roh….."

"Sekarang tanganku bersaksi, mataku bersaksi, kakiku bersaksi bahkan tidak ada satupun anggota badanku terlewatkan untuk bersaksi atas apa yang engkau perbuat ketika masa hidup itu" Jawab jasad dengan tegas

"Tidak ingatkah ketika kau di dunia, kau kumanja, ketika kau sakit kau kuperhatikan, kubawa kau kedokter agar engkau sembuh, ketika engkau lapar dan haus, kau kuberi makan dan minum agar engkau sehat tidak terserang penyakit, ketika kau mengalami kejenuhan mengurusi permasalahan hidup, kumanja engkau dengan pergi rekreasi untuk menghibur diri"

"Oh jasad… jasad… sekarang kau telah menghianatiku, kau telah menikamku, kau telah tega membuatk buta tidak tahu jalan untuk kembali kepada TuhanKu, kau juga telah menjerumuskanku masukkedalam neraka untuk selama-lamanya, saat ini tiada yang paling kubenci selain engkau jasad!" jawab roh dengan marah

Tapi jasad tidak menggubris sama sekali apa yang dikatakan oleh roh,

Saat itulah tiada pengampunan bagi roh,

Waktu tidak akan berputar kembali,

Tinggallah roh akan menemui penyesalan untuk selama-lamanya,


**********

Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat),

dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,

dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?",

pada hari itu bumi menceritakan beritanya,

karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.

Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka,

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.

Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

(QS Al-Zalzalah[99] 1-8)


"Hidup Sekali Harus Berarti"

Perjalanan Jiwa Mencari Cahaya

Malam itu begitu indah nan damai, kecerahan langit bertabur bintang laksana perhiasan berbalut dengan keindahan permata safir, Liukan pohon lebat dan dedaunan seirama diterpa angin serta batang pohon yang kokoh berdiri tegak. Didalam istana yang mungil serta dalam renungan kegelapan itu seorang gadis beranjak dewasa dengan keteguhan serta kecintaannya itu memberanikan menulis untaian kata yang sangat memilukan, dialah "Nurul Lailatul Fauziah" yang terlahir 18 tahun yang lalu dari rahim seorang ibu bernama "Hj. Malichah" dan ayahnya bernama "Prof. H. Muhammad Heru Sudjiharnanto" seorang professor ahli ilmu dalam bidang Ketuhanan.
Walaupun Jalan yang terjal, tajam dan berliku tetap ia ditempuh untuk mencari kebenaran serta menemukan cahaya menuju keabadian yang hakiki. Rasa sakit serta rindu dan cinta akan ketentraman jiwa yang begitu dasyat dan hebat begitu saja membuncah melukiskan kerinduan di relung hati yang paling dalam, berharap "Sang Terkasih" memberi setitik cahaya didalam palung hati yang terdalam walau hanya setitik telah tersimpan cinta dan rindu kepada yang dikasih.
Betapa anggun nan elok jika cahaya abadi itu datang membawa secercah harapan untuk bangkit dari jurang kenistaan. Hanya buliran serta linangan air mata yang patut ia persembahkan kepada "Sang Terkasih". semoga karya agung ini tidak lekang oleh lekatnya zaman serta menuntun kita untuk menemukan sebuah secercah cahaya harapan keabadian.

Perjalanan Jiwa Mencari Cahaya
Oleh Nurul Lailatul Fauziah

Aku adalah kegelapan
sendiri dalam gelap
Berlari dan berlari terus mencari secercah cahaya
Yang sanggup menerangi ruang hati ini
Jalan yang terjal, tajam dan berliku
Biarlah kutempuh
Walau terasa sakit
Sakit di jiwa dan ragaku, aku tak peduli
Karena aku seorang hamba yang tiada arti
Terus kuberlalu mencari kebenaran yang hakiki
Hingga jalanku terseok - seok, kakiku pincang mataku buta
Tanganku buntung, telingaku tuli
Biarlah semua itu aku tak peduli
karena aku hamba yang tiada arti
Walau sakit dan perih aku tetap tak peduli
Asalkan aku bisa menemukan cahaya itu
Cahaya menuju keabadian yang hakiki
Yaa Robbi...
Wahai Tuhanku
Tunjukkan aku jalan lurusmu
Karena bagiku
Seteguk rahmatMu akan menghapus dahaga jiwa yang kering
Secercah hidayahMu menetapkan imanku
Namun...hatiku yang pincang
Hingga aku tak kuasa berjalan dijalan - Mu
Hatiku buta... yaa Robbi
Hingga aku tak bisa merasakan indahnya ma'rifat kepada- Mu
Hatiku buntung... Hancur…
Dalam berdoa pun aku tak bisa menengadahkan kekhusuan dan
Hatiku tuli… Pekak…
Hingga aku tak bisa mendengar arah dimana petunjuk - Mu menuntunku
Duhai Rosulalloh…..
Yaa Sayyidii... Yaa Rosulalloh...
Aku umatmu yang tiada arti
Hatiku buta sehingga semua menjadi gelap
Kuyakin engkau mendengar rintihan hati ini
Kuyakin engkau merasakan kepedihan hati
Perihnya jiwa jika jauh dari sang Pencipta alam raya
Atas seizin Allah,
Angkatlah kami Yaa Rosulullah, dari jurang jahiliyah ini
Walau kami tahu, betapa kotornya diri ini
Betapa hina - dina- papah terluka
karena maksiat yang berlarut - larut
Namun,setetes syafaatmu yaa Rosul
Adalah penghapus segala gundah dan resah
Setitik air mata darimu yaa Rosul
Adalah embun ditengah padang yang gersang
Yaa Ayyuhal Ghoutsu...
Bimbing...bimbing dan didiklah kami
Hingga kami menjadi manusia yang berjiwa manusia
Manusia yang sebenarnya bukan imitasi belaka
Kuyakin , engkau merasakan sakit yang kurasakan
Engkau turut prihatin pada diri ini, jiwa yang buta ini
Maka tolonglah kami
Arahkan pancaran Nadroh, radiasi batin pada jiwa yang hina ini
Sehingga aku bisa bangkit dari kehancuran yang berlarut - larut ini
Bangkit dari kedholiman dan kekufuran
Sejauh ini telah kulihat cahaya itu
Namun begitu sulit untuk meraihnya, karena aku tiada daya
Ya Sayyidi…..Yaa Rosulallah...
Yaa Ayyuhal Ghoutsu...
Kami memang bukanlah orang yang mulia
Kami tidaklah pantas mendekat kepada engkau, apalagi mencintaiMu
Namun bagaimanapun juga
Seperti apapun diri ini
Sehina dan sehancur apapun diri ini
Dan sebesar apapun dosa dan kerendahan kami
Namun kami tak bisa ingkari
Dalam palung hati yang terdalam walau hanya setitik
Kumasih mengharap setitik kasih sayangMu Yaa Alloh…
Kujulurkan lidahku walaupun bagaikan anjing yang kelaparan dan kehausan
Kunanti setetes syafaat dan nadrohMu
Yaa Rosululloh.. Yaa Ghoutsi hadzazaman…
Tengoklah kami
Walau aku bukan manusia lagi
Namun, rasa sakit ini
Rindu dan cinta akan ketentraman jiwa
Dalam naungan agama dan perjuangan yang suci nun mulia ini
Pastilah terobati.

Rintihan Jiwa Dan hATI dari Seorang Hamba yang Fakir dan Hina

Langit tak secerah biasanya. Alam tertunduk membalut keheningan, ratapan sendu menyelimuti kehampaan, karena seseorang kekasih mengirim pesan kepada manusia yang dicinta, itulah muasalnya.
Jiwa yang termenung, mencoba mengarungi samudra kehidupan,dengan derita air mata yang membawa ke dasar relung semesta menanti Sang Terkasih yang tersembunyi di balik tabir ke bisuan, hanya menghirup seteguk air kebahagiaan demi melepas dahaga penderitaan yang erat merangkulnya. Jiwa yang menangis, meretakkan cermin-cermin hati yang terdiam tak berdaya berharap Sang Terkasih tersenyum dan memberikan cahaya-cahaya kebahagiaan yang takkan pernah padam untuk selamanya.

Seseorang fakir dengan berselimut kehinaan memberanikan diri untuk menuliskan pesan kepada kekasih tercinta seruan alam itulah Rasul Muhammad Saw, dengan guratan wajah sendu menandakan sebuah kerinduan yang sangat mendalam sedang menulis untaian kata-kata yang memilukan, tak ada lagi tirai tebal penghalang sehingga menjadi kerdil yang perlu ditakutkan kecuali kerinduan yang sangat ia dambakan. Hujatan, cacian, bahkan fitnah meluncur bagaikan anak panah yang siap menembus daging lunak seorang kekasih yang fakir berselimut dengan kehinaan itu, tapi ia tak gentar sama sekali, dengan semangat yang membaja ia kirimkan pesan terhadap kekasih yang dicinta itu, Tatapan-tatapan kosong, desah nafas berat yang terhembus bahkan buliran-buliran bening air mata keluar begitu mudah terus mengiringi rangkaian kata-katanya yang indah yang ia ciptakan. Semoga Allah mengabadikan karya Agung dari seorang hamba yang tulus ini.

Rintihan Jiwa

Yaa Rosulalloh..
Pantaskah aku merindukanmu !
Pantaskah air mata ini kupersembahkan untukMu ?
Terlalu suci dan mulya diriMu bagiku.
Alloh sang pencipta sangat mencintai Mu.
Ya Rosul,pantaskah diri yang hina ini merindukan Paduka Ya Rosul ?
Jangan biarkan diri ini hidup dikolong kehinaan dan berselimut kenistaan
bahkan bergelimang dengan kekufuran dan kedholiman.
Ya Rosul, hidup hamba tiada berarti dan sangat kecil tiada ma'na.
Mati lebih baik daripada begini.
Tegakah engkau wahai paduka Rosul ?
Setetes air syafaat dariMu akan membuat aku bahagia dan berarti.
Teteskan, teteskan dan teteskan Ya Rosul syafaatMu, sampai IZROIL menjemputku.
Biarkan air mata ini kering
biar tenggorokan ini putus
dan biarkan diri ini menjerit bagaikan anjing melolong meregang nyawa.
aku, diri ini akan mencintai dan merindukan engkau Ya Sayyidi...Ya Rosulalloh.
Pantas dan mungkinkah, karena aku terlalu hina.
Mengapa aku hidup ?
Mengapa aku bernafas ?
Ya Alloh cabutlah semua itu mengapa hidup ini tiada arti Yaa Alloh?
Ya Robbi kujulurkan lidahku kutengadahkan tanganku
dan aku mengharap walau hanya setetes kasih sayangMu Ya Alloh,
agar hidup ini punya arti dan harapan.
Kubersimpuh dengan tiada daya, Kusebut asmaMu Ya Sayyidi...Ya Rosulalloh.
Ya Rosulalloh mungkin kita tak akan bertemu,
terlalu mulya Paduka sedangkan diri ini terlalu rendah dan hina.
Tapi kumohon dengarkanlah rintihan ummatMu ini,
biar aku dineraka selama-lamanya,
biarlah aku tak pernah berjumpa apa lagi bersama dan berkumpul dengan Paduka.
tapi berkenanlah wahai paduka walau hanya sekejap dan sesaat,tengoklah kami,
kami dineraka yang paling bawah, agar aku bisa melihat Engkau biar terobati rindu ini
Yaa Sayyidi...Yaa Rosulalloh
Mungkinkah...apa mungkin?
Terlalu hina diri ini dihadapanMu.
Ya Alloh...Ya Alloh...Ya Alloh.
Semuanya ada digenggamanMu.
Aku bermohon limpahkan kasih sayangMu kepada semua makhluk,
ummat ini,keluarga dan ahliku,teman teman seperjuanganku.
Walau aku sebagai jaminannya.
Ya Rohman...Ya Rohim perkenankanlah doa kami.

((Al Fakir Yang Hina)

LAPANGKAN HATIMU DENGAN TAUBAT

Satu cara untuk mengetahui sejauh mana kita benar-benar beriman ialah dengan mengukur sejauh mana kesan dosa terhadap hati kita? Apakah hati kita akan terasa kesal dan menyesal dengan dosa? Atau kita merasa biasa-biasa sahaja apabila berdosa? Jika terasa menyesal, itu petanda iman masih ada di dalam dada. Sebaliknya, jika dosa tidak memberi kesan apa, malah kita tetap gembira… itu satu petanda buruk. Iman kita amat lemah, Hati kita sedang sakit. Boleh jadi sudah menanti masa sahaja untuk melayang.
 Apa tanda menyesal? Menyesal bukan menyesal jika kita hanya berasa sedih tanpa berbuat apa-apa. Tetapi menyesal yang sebenarnya apabila kita mula bertindak selaras dengan apa yang kita kesalkan. Kita menyesal dengan dosa? Langkahnya, terus kita tempuhi jalan-jalan taubat dengan memberhentikannya, niat tidak akan mengulanginya lagi dan berbuat baik sebagai ‘galang-ganti’ kepada kejahatan yang kita lakukan itu.
Mari kita bertanya pada hati masing-masing? Bagaimana kita dengan dosa? Bagaimana kita dengan taubat?  Amat malang di Ramadan 1432 H ini jika kita terlepas lagi peluang untuk diampunkan dosa seperti di Ramadan 1431 H yang lalu. Sedangkan bulan Ramadan yang sedang kita lalui ini  melimpah ruah dengan keberkatan, keampunan dan janji terlepas daripada api neraka.
Bagi orang yang beriman, peluang sebesar ini sangat dinanti. Sejak bulan Rejab lagi, mereka telah bersedia untuk menyambutnya dengan menyemarakkan ibadah. Mereka sedar Ramadan  Bayangkan, terlepas derjat dan pangkat di sisi Allah yang Maha Mulia, tentulah ruginya tidak terkira. Sedangkan manusia kini berebut-rebut mengejar pangkat di sisi manusia sesama manusia.
Pangkat di dunia tidak akan berguna selepas mati, sedangkan pangkat taqwa di sisi Allah bukan sahaja berguna di dunia – dengan jaminan pembelaan, kecukupan rezeki, diberi jalan keluar daripada sebarang masalah dan lain-lain, malah lebih berguna di akhirat nanti – kehidupan yang hakiki dan abadi.
Rasulullah SAW bersabda : “Malaikat Jibril datang kepadaku dan berkata : “Rugilah (kecewa) orang yang bila namamu disebut dia tidak mengucapkan shalawat atasmu”. Aku mengucap : “Amin”. “Rugi orang yang berkesempatan hidup bersama kedua orangtuanya tetapi dia tidak sampai bisa masuk ke surga”. Aku berkata : “Amin”. Jibril berkata lagi : “Rugi orang yang berkesempatan hidup pada bulan Ramadhan, tetapi tidak sampai terampuni dosa-dosanya”. Lalu aku mengucapkan : “Amin”. (HR. Ahmad)
Hati siapa yang tidak tersentuh apabila mendengar hadis di atas? Betapa ruginya nanti kita di akhirat sana. Dosa tidak diampunkan, masuk ke neraka dan jauh daripada rahmat dan pengampunan Allah. Menyesallah dahulu, kerana menyesal kemudian tidak berguna. Jika kita hendak menangis, maka menangislah pada hari ini… kerana menangis di akhirat sudah terlambat dan tidak berguna.
Takuitilah akibat dosa yang kita lakukan. Jangan ambil mudah dengan kemurkaan Allah. Jika marah isterti, suami, boss dan kawan-kawan pun sudah boleh menyebabkan hidup kita resah dan susah, apalagi murka Allah, Tuhan yang mencipta kita. Ya,   kita sering terlupa bencana akibat dosa boleh datang tiba-tiba. Lupakah kita dengan kaum Aad yang ditimpa bencana tepat ketika mana mereka berarak ria menuju ‘syurga’ ciptaan raja mereka? Apakah kita lupa bagaimana sikap Rasulullah SAW ketika baginda dan para sahabat melalui lokasi tempat kaum Aad dan Tsamud menerima bala? Baginda terlalu terganggu oleh ‘nostalgia dosa’ – hinggakan sejarah mencatitkan bahawa Rasulullah SAW menyuruh para sahabat menundukkan muka dan jangan memandang ke langit (tanda merendahkan diri) ketika melalui tempat tersebut.
Rasulullah SAW pernah berdoa memohon agar Allah tidak menurunkan bala bencana ketika gerhana berlaku. Baginda akan sembahyang dengan penuh tawaduk dan baginda berdoa:
“Tuhanku! Tidakkah engkau telah berjanji untuk tidak mengazab mereka (umat Islam), dan aku berada bersama mereka. Tidakkah engkau telah berjanji untuk tidak mengazab mereka (umat Islam), sedangkan mereka adalah orang yang bertaubat. (Sulaiman bin al-Ash’ath, Sunan Abi Daud)
Itulah sikap yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW, seorang insan yang maksum daripada dosa dan dijamin masuk syurga. Padahal baginda insan yang mulia, para penduduk kota Madinah ialah para sahabat Rasulullah yang terkenal sebagai generasi al-Quran dan kota Madinah itu sendiri adalah kota suci yang penuh rahmat dan keberkatan. Dengan segala kelebihan itupun baginda masih tidak terasa ada jaminan keselamatan daripada bala bencana. Sinisnya, bagaimana nasib kita yang setiap masa bergelumang dengan kemungkaran dan kemaksiatan, kadang-kadang hidup di tengah kota yang di kelilingi premis dosa?
Walau bagaimanapun, bencana alam, penyakit-penyakit kronik, gejala sosial dan lain-lain masalah sebenarnya boleh membawa rahmat jika kita dapat mencungkil ibrahnya yang tersirat. la boleh diumpamakan sebagai racun kepada hati yang derhaka kepada Allah, tetapi penawar kepada hati yang tunduk dan patuh kepada Allah. Kata orang, “What happens ‘in’ you is more important than what happens ‘to’ you.” – apa yang berlaku ‘di dalam’ diri kita jauh lebih penting daripada apa yang berlaku kepada (‘di luar’) diri kita.
Untuk memahami yang tersirat dan mencungkil hakikat daripada sesuatu peristiwa, kita perlu menyingkap lembaran sejarah. Bencana alam yang telah menimpa umat nabi-nabi terdahulu kerana kederhakaan dan kedegilan mereka walaupun telah diberi peringatan berkali-kali perlu diamat-amati.
Renungilah hakikat ini: Umat Nabi Nuh a.s yang tunduk kepada hasutan syaitan, yang mana syaitan itu diciptakan daripada api – Allah musnahkan mereka dengan mendatangkan banjir besar. Kaum Saba’ yang juga menyembah api, Allah musnahkan dengan banjir. Apabila api diagung-agungkan selalunya Allah datangkan air sebagai pemusnah.
Hukum ini terus berjalan sepanjang zaman. Apabila berlaku kemungkaran yang bermaharajalela di tengah umat manusia, Allah akan datangkan bala bencana sebagai azab yang memusnahkan mereka. Inilah yang telah berlaku kepada umat Nabi Lut, yang ditelan bumi kerana mengamalkan homoseksual dan lesbian. Kaum Nabi Salleh kerana curang dalam perniagaan. Kaum Aad dan Tsamud yang ditimpa hujan batu kerana kederhakaannya.
‘Tentera Allah’ (air, angin, tanah) dihantar kepada para pendosa yang engkar walaupun telah diberi peringatan berulang kali oleh nabi masing-masing. Sepanjang sejarah, sudah lapan bangsa pada lapan zaman yang telah mendapat akibat buruk daripada Allah SWT kerana mendustakan rasul yang diutus kepada mereka. Kelapan-lapan kaum itu ialah:
  • Kaum Nabi Nuh.
  • Ashabul Rass – mendustakan nabi mereka yang bernama Hanzalah. Mereka menyembah berhala.
  • Kaum Tsamud – kaum Nabi Salleh.
  • Kaum Aad – kaum Nabi Hud.
  • Firaun dan pengikutnya.
  • Kaum Nabi Luth.
  • Ashabul Aikah – kaum Nabi Syuaib.
  • Kaum Tubba’.
Untungnya, umat Nabi Muhammad mempunyai banyak kelebihan berkat kasih sayang Allah kepada Nabi-Nya – Muhammad SAW. Bencana tidak berlaku serta-merta kepada umat Nabi Muhammad sepertimana yang menimpa umat nabi-nabi terdahulu. Masih ada penangguhan dan diberi tempoh masa untuk memperbaiki diri.
Bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, tanah runtuh, banjir, kemarau dan lain-lain (walaupun sudah hebat dan dahsyat) tetapi ini berkali-kali ganda lebih ringan berbanding bencana yang menimpa umat-umat terdahulu. Apapun, mesejnya tetap sama – sebagai peringatan dan amaran. Dengarkanlah ‘bisikan’ Allah ini. Jangan sampai kita terpaksa mendengar ‘jeritan-Nya!’ (bencana yang lebih dahsyat).
Lihat sahaja loji-loji nuklear di Fusyima Jepun yang dilumpuhkan hanya dengan kuasa air. Bukankah ini satu tempelakan kepada kemajuan teknologi yang dibanggakan oleh manusia tetapi akhirnya tunduk kepada kuasa ‘konvensional’ yakni air?
Walau bagaimanapun, ada bencana yang lebih seni dan maknawi sifatnya. Tidak ketara oleh mata, tetapi sangat derita pada hati. Di dunia, dosa dapat membuat hati keras dan buta dari kebenaran. Ia akan menutup pintu hati dari melihat kebenaran dan membuatnya terbalik dalam membuat penilaian. Allah berfirman:
“Kemudian apabila mereka melupakan apa yang telah diperingatkan dengannya, Kami bukakan kepada mereka pintu-pintu segala kemewahan, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan, Kami seksa mereka secara mengejut, maka ketika itu mereka berputus asa. (Surah al-An’am 6: 44)
Manakala secara peribadi dosa akan menyebabkan hidup kita menjadi sempit, perasaan menjadi tidak keruan dan fikiran selalu kacau. Ada sahaja yang tidak kena walaupun kekadang kita sudah memiliki kekayaan, kesihatan dan pekerjaan. Firman Allah: “Dan barang siapa yang berpaling daripada peringatan Ku maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.” Thaha: 24

Ibnu Khatir  menjelaskan keadaan orang yang melakukan dosa dengan katanya: “Di dunia dia tidak akan mendapat ketenteraman dan ketenangan. Hatinya gelisah akibat kesesatannya. Meski pun lahiriahnya nampak begitu senang, mampu memakan apa sahaja makanan yang diingini, mampu tinggal di mana sahaja yang dia kehendaki, namun selama dia belum sampai kepada keyakinan dan petunjuk maka hatinya akan sentiasa gelisah, bingung, ragu dan masih terus ragu. Ini ialah kehidupan yang sempit.”
Hati orang soleh begitu lembut, sensitif, mudah menerima cahaya hidayah dan taufik. Sebaliknya, hati seorang pendosa menjadi gelap, tertutup, berkarat, keras, dan kerananya tidak dapat ditembusi cahaya kebenaran.  Kita sering diingatkan bahawa apabila bencana menimpa jangan salahkan sesiapa, tetapi salahkanlah diri sendiri.
Perhatikanlah hari-hari yang kita lalui di Ramadan yang mulia ini, apakah penuh pahala atau sebaliknya. Bagaimana kita di sini (di dunia), begitulah kita di sana (akhirat) nanti. Siapa yang menyemai angin, pasti terpaksa menuai badai!